Women’s Concert for Humanity

Women’s Concert For Humanity
KONSER PEREMPUAN UNTUK KEMANUSIAAN
Dalam rangka menyambut hari Ibu
(Hari Pergerakan Perempuan Indonesia, Desember 2017)

RABU, 4 Oktober 2017

TEMA KONSER:
LAGU UNTUK ANAKKU

Diselenggarakan oleh DIALITA dan INSTITUT UNGU

Didukung Oleh: Dirjen Kebudayaan-Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
Komnas Perempuan, ELSAM, YLBHI, Indonesia Untuk Kemanusiaan,
Rumah Bonita, In-Docs, Ruang Rupa, Yayasan Bersama Project

Sponsor : Yayasan Tifa, Herb Feith Foundation 

PENGANTAR GAGASAN

Kaum perempuan telah banyak menorehkan jejaknya di kehidupan berbangsa di Indonesia yang kita cintai ini. Para perempuan itu mendedikasikan hidupnya di ruang-ruang yang semakin beragam dan luas. Salah satunya adalah Paduan Suara DIALITA. Dialita adalah kelompok paduan suara yang terdiri dari kaum perempuan penyintas peristiwa ‘65 dan keluarganya. Diawali dari seringnya mereka bertemu dan berkumpul sebagai bagian dari mekanisme pemulihan dan penguatan bersama dari trauma. Pada setiap pertemuan mereka sering beryanyi bersama. Dalam perjalanannya BERNYANYI BERSAMA ini menjadi medium untuk saling menguatkan dan menggembirakan.

Pendekatan yang dilakukan Dialita bisa menjadi inspirasi dan semangat bagi para penyintas, pekerja kemanusiaan dan orang muda untuk tetap semangat berkarya dan berdaya menatap ke depan.

Sebagai bentuk rasa hormat kepada para penyintas, kepada para pekerja kemanusiaan serta rasa terima kasih kepada Perempuan Penyintas yang terus berkarya, Institut Ungu dan Dialita akan mempersembahkan sebuah konser musik bertajuk “Konser Perempuan untuk Kemanusiaan” dalam rangka menyambut Hari Pergerakan Perempuan Indonesia atau yang kita kenal sebagai Hari Ibu, pada tanggal 13 Desember 2017.

GAGASAN DAN KONSEP KONSER

Konser ini digagas oleh Institut Ungu dan Dialita didukung oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan R.I., Komnas Perempuan, ELSAM, YLBHI, Indonesia untuk Kemanusiaan, Rumah Bonita, Yayasan Bersama Project, In-Docs dan Ruang Rupa. Dalam melaksanakan konser ini kami mendapat dukungan dana dari Yayasan Tifa dan Herb Feith Foundation serta kontribusi dari Institut Ungu serta didukung dalam berbagai bentuk oleh organisasi, lembaga serta individu-individu seperti yang disebutkan di atas.

Yang istimewa dari Konser Perempuan untuk Kemanusiaan ini adalah ditampilkannya lagu-lagu yang diciptakan oleh para perempuan yang pernah menjadi tahanan politik (tapol) di peristiwa politik 1965. Beberapa perempuan tapol tersebut menuliskan beragam perasaan dan pengalamannya selama dalam masa tahanan tersebut melalui lirik dan lagu. 

Lagu-lagu tersebut dikumpulkan dari berbagai tempat dan memori oleh ibu-ibu Paduan Suara Dialita. Sebagian besar lagu tersebut sudah pernah mereka bawakan di berbagai tempat dan acara, sebagian telah direkam dalam album Dialaita berjudul ‘Dunia Milik Kita’ dan sebagiannya lagi baru akan diperdengarkan di depan publik untuk pertama kalinya di dalam Konser Perempuan untuk Kemanusiaan.

Pada Konser Perempuan Untuk Kemanusiaan, 10 lagu terseleksi ciptaan para perempuan tapol itu akan diaransemen ulang oleh musisi-musisi muda berpengalaman dan berkualitas, yaitu Bonita, Petrus Briyanto Adi dan Junior Soemantri. Tiga musisi muda yang akan bertindak sebagai Direktur Musik ini akan mendekatkan karya musik para perempuan tapol tersebut ke dalam suasana masa sekarang dan mendekatkannya kepada generasi muda. Lalu ada Kartika Jahja yang akan menggarap artistik konser ini, didukung tata lampu dan desainer panggung oleh Iskandar Loedin. Selanjutnya, lagu-lagu yang diaransemen ulang itu akan dibawakan secara bergantian oleh Paduan Suara Dialita dan musisi-musisi muda lainnya, dan beberapa lagu di antaranya akan dibawakan kolaboratif antar mereka.

TEMA KONSER : LAGU UNTUK ANAKKU

Lihatlah pagi cerah indah anakku
Lihatlah mawar merah merekah sayangku
Secerah pagi indah hari depanmu
Semerah mawar rekah harapanku

Duka derita kubawa setia
Cita dan cinta lahirkan s’gala

Nan indah dihari mendatang sayangku
Jadilah putera harapan bangsamu

Lirik lagu ini ditulis oleh Ibu Heryani Busono Wiwoho, dan notasinya dibuat oleh Mayor Djuwito di kamp tahanan Ambarawa. Lagu Untuk Anakku merefleksikan perasaan yang sangat spontan dan tiba-tiba, ketika para orang tua ini terpaksa harus meninggalkan anak-anak yang dicintainya. Kesedihan memikirkan anak-anaknya yang terpaksa harus ikut menanggung penderitaan akibat tragedi politik bangsanya, anak-anak yang berhak tumbuh dengan cita-cita dan harapan akan masa depannya yang cerah. Namun begitu, para orang tua itu senantiasa tetap menyimpan harapan dan merawat cinta kasih kepada anak-anaknya, kepada bangsanya. Mereka tetap berseru “Nan indah di hari mendatang sayangku. Jadilah putera harapan bangsamu”

Tema konser diambil dari semangat lirik yang diciptakan oleh para Perempuan Penyintas yang setia disenandungkan oleh Dialita. Mereka menyuarakan kecintaan dan semangat kepada bangsanya, menyenandungkan kepedihan dan kesunyian kehilangan orang-orang yang dicintai, kerinduannya akan keadilan dan kebenaran dengan tetap merawat harapan dan semangat perdamaian untuk masa-masa mendatang, untuk anak bangsa generasi muda.

TUJUAN KONSER

  1. Memberi pengakuan dan penghargaan atas karya kemanusiaan para Perempuan Penyintas yang telah memberi warna bagi dunia musik di Indonesia;
  2. Memberi penghargaan kepada perempuan-perempuan penyintas ‘65 dan semua penyintas korban pelanggaran HAM dan kekerasan lainnya, yang terus menjadi inspirasi perjuangan rekonsiliasi kebangsaan dan perdamaian;
  3. Apresiasi kepada kelompok seniman, khususnya generasi muda yang berani mengkontekskan lagu-lagu yang telah disuarakan Dialita dengan perspektif muda sehingga sejarah yang dibungkam mudah dipahami lintas generasi;

TIM KERJA PRODUKSI

Produser : Faiza Mardzoeki dan Uchi Kowati Fauzia
Manajer Produksi : Irina Dayasih
Bendahara : Rini Pratsnawati
Tim Media & Publikasi : Inggrid Irawati Atmosukito, Shera Rindra, Dea Safira Basori
Dokumentasi Foto : Adrian Mulya
Dokumentasi Video : Amertya Kusuma
Penulis Narasi Lagu & Buku Program : Lilik HS
Undangan/donasi : Trisfa Hilda