“Kala Kota Diserang Air Limbah” Sinar Harapan

Kala Kota Diserang Air Limbah

Karya Henrik Ibsen memberikan pertanyaan mengenai kekuatan politik, idealisme, korupsi, lingkungan, kultur, kebebasan, dan tantangan sosial ekonomi.

13 Maret 2015 19:15 Hans Arthur Sinjal Lingkungan

“SUBVERSIF!” – Institut Ungu menggelar pertunjukan teater berjudul “Subversif!” yang dipentaskan mulai Kamis (12/3) malam di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Kota Kencana sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Masyarakatnya hidup di dunia modern. Gedung-gedung pencakar langit mulai bermunculan. Hutan beton pun tak terbendung. Mereka berlomba dengan kota lain untuk mendapatkan predikat sebagai kota maju. Sebuah kota impian ini ditampilkan dalam pertunjukan teater berjudul Subversif! di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis (12/3) malam.

Namun, Dokter Torangga (Teuku Rifnu Wikana) melihat ada ketidakberesan dalam kota itu. Kota yang disebut modern itu menyimpan dosa besar bagi kelangsungan hidup masyarakat.

Ya, kota ini telah menyumbang limbah kepada warga. Dalam setahun terakhir, ia mendapatkan pasien pekerja PT Harapan Tambang Gemilang mengalami penyakit biasa ia temukan dalam kasus limbah.

Untuk mendukung penelitian ini, ia pun mengirim sampel air kepada para ahli di universitas ternama. Alhasil, para ahli itu mengiyakan penelitiannya. Kota itu telah diserang air limbah pabrik. Ia pun membuat artikel mengenai penelitian itu.

Kedua wartawan, Hoemario (Hendra Yan) dan Billy (Kartika Jahja), berjanji akan memuat artikel ini di koran Kencana Pos. Bahkan, mereka akan menyelidiki kasus ini.

Dokter Torangga menganggap artikel ini akan membuka mata warga yang selama ini tertutup. Kendati begitu, Dokter Torangga harus berhadapan dengan sang kakak Wali Kota Jokarna (Ayez Kassar), yang tak menyetujui penelitian sang adik. Ia menganggap kasus limbah ini untuk menggeser kepemimpinannya.

Dokter Torangga mencurigai ada permainan kotor yang dilakukan Jokarna dengan perusahaan penyumbang limbah itu. Bahkan, satu per satu orang kepercayaannya mulai berjatuhan. Berbagai ancaman pun diterima keluarganya. Koran Kencana Pos pun enggan menerbitkan artikelnya.

Sang putri, Sarita (Dinda Kanyadewi), juga merasa dikhianati Hoemario. Ia menganggap Hoemario akan mengungkap kasus itu di korannya. Kakek Andi Bersama (Martin Subrata) juga tak menyetujui penelitian itu.

Dokter Torangga tak menyerah. Ia akan membuka permainan kotor yang dilakukan perusahaan itu, yang ternyata juga melibatkan sang wali kota, politikus, dan wartawan, meskipun nyawanya menjadi taruhan.

Adaptasi Karya Henrik Ibsen

Pertunjukan teater yang didukung Institut Ungu dan Kedutaan Besar Norwegia ini akan berlansung pada 13-14 Maret 2015. Pertunjukan ini diadaptasi dari drama klasik berjudul Enemy Of The People karya Henrik Ibsen. Karya-karyanya telah dipentaskan di beberapa negara. Bapak Realisme ini disebut sebagai salah satu pionir dalam teater modern abad ke-19.

Produser dan Direktur Institut Ungu, Faiza Mardzoeki, mengadaptasi drama yang dibuat pada 1882 ini, dengan konteks kontemporer Indonesia. Ia memberikan kepercayaan kepada sutradara Wawan Sofwan untuk mengolah karya itu. Namun, ia tetap menampilkan gaya permainan realis.

“Memakan waktu lima bulan karena para pemain dituntut mengikuti latihan panjang, baik fisik maupun pendalaman teks dan konteks. Lumayan rumit juga karena memerlukan konsentrasi tinggi untuk bisa mendalami dan menghayati dialog-dialog,” tutur Faiza.

Iskandar K Loedin menggunakan panggung yang dapat berputar. Sang desainer juga menggunakan layar besar yang akan menampilkan situasi kota itu, misalnya kerusakan lingkungan. “Panggung juga harus merespons tema naskah tentang masalah polusi dan kerusakan bumi akibat pertambangan,” ucap Faiza.

Duta Besar Norwegia, Stig Traavik mengatakan, Henrik Ibsen memberikan pertanyaan mengenai kekuatan politik, idealisme, korupsi, lingkungan, kultur, kebebasan, dan tantangan sosial ekonomi. “Saya percaya kekuatan seni dan teater tak hanya untuk menghibur, tetapi juga berkontribusi untuk mengubah opini publik. Ibsen berasal dari Norwegia, tapi karyanya universal. Saya harap karyanya dapat memberikan inspirasi baru bagi masyarakat Indonesia,” tuturnya.

Sumber: Sinar Harapan