Kapanlagi.com – Buku ‘Bumi Manusia’ karya Pramoedya Ananta Toerdiadaptasi oleh Faiza Mardzoeki akan segera dipentaskan dalam teater ‘Nyai Ontosoroh’ dengan sutradara Ken Zuraida. Pementasan ini sendiri akan diselenggarakan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki pada bulan April tahun depan.
Dalam press release-nya di Goet Hoe House, Menteng, Jakarta (15/9), Perguruan Rakyat Merdeka yang didukung oleh beberapa lembaga independent seperti Elsam, Institut Ungu, Jaringan Nasional Perempuan Mahardhika, JARI, Kalyanamitra, Koalisi Perempuan Indonesia, Komunitas Ciliwung, LBH APIK, Pramoedya Institute, Pantau, Perkumpulan Praxis, Perlumpulan Seni Indonesia dan Solidaritas Perempuan akan bertindak sebagai produser dalam pentas teater ini.
Sementara pemain pendukung terdiri dari Happy Salma, Ine Febrianty,Jajang C. Noor, Maryam Supraba, Zaenal Abidin Domba, Arswendi Nasution, Edi Haryono, David Chalik, serta beberapa nama yang sudah beken di dunia teater, akan turut dalam pementasan ‘Nyai Ontosoroh’ di 13 kota di Indonesia.
Kisah ‘Nyai Ontosoroh’ pertama kali dituturkan oleh Pramoedya Ananta Toer di camp penjara Pulau Buru tahun 70-an dalam rangka mengangkat semangat para tahanan yang sedang menderita demoralisasi sesudah terjadi pembunuhan dan siksaan terhadap para tahanan politik 1965.
Kisah tersebut oleh Pramoedya Ananta Toer diangkat menjadi novel dengan judul ‘Bumi Manusia’ dan menjadi bagian dari tetraloginya dan disadur oleh Faiza Mardzoeki ke dalam naskah drama berjudul ‘Nyai Ontosoroh’. Buku ‘Bumi Manusia’ itu sendiri telah diterjemahkan dalam 40 bahasa di dunia.
‘Nyai Ontosoroh’ adalah Sanikem, salah satu dari jutaan perempuan desa yang tepat pada masa akil baliqnya dijual ayahnya kepada seorang Belanda, demi mendapatkan jabatan juru tulis. Dijadikan gundik Herman Mallema, perempuan belia Sanikem justru menempa dirinya menjadi matang dewasa, terus menerus mengolah kecerdasan maupun kebajikannya untuk kedaulatan, tidak hanya dirinya sendiri tetapi juga anak, keluarga, masyarakat dan bahkan bangsanya.
Atas dasar tersebut, PRM menyambut gagasan Faiza Mardzoeki untuk menyelenggarakan kegiatan kebudayaan pementasan teater itu. PRM melihat, yang cukup menonjol dari naskah ‘Nyai Ontosoroh’ adalah proses pembangunan karakter berdaulat yang mampu menghadapi dan melawan kekuasaan dangan tanpa mencabik-cabik integritas perorangan maupun kelas.
Pementasan teater ‘Nyai Ontosoroh’ ini akan dipersembahkan bagi perayaan hari Hak Asasi Manusia, Hari Perempuan, yang keduanya jatuh pada bulan Desember 2006 serta Hari Kartini, April 2007.
Pentas yang akan diselenggarakan di 13 kota dengan kelompok-kelompok berbeda, yaitu Padang, lampung, Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Jogja, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Mataram, Makassar, dan Kendari.
Masing-masing daerah akan melakukan pementasan pada bulan Desember 2006 hingga April 2007. Sementara pementasan di Jakarta akan diselenggarakan pada bulan April 2007. (wwn/bun)